بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اَنْعَمَنَا بِنِعْمَة الْاِيْمَانِ
وَ الْاِسْلَامِ وَ أَعْطَىنَا اللِّسَانَ بِاَفْصَحِ الْكَلَامِ. أَشْهَدُ اَنْ
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الرَّحْمٰنُ وَ أَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَ حَبِيْبَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الْكِرَامُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ
بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ
فَيَاعِبَادَ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ, قال تعالى فِي كِتَابِهِ الْكريم: ياايها الذين امنوا اتقوا الله حق تقاته
ولا تموتن الا وانتم مسلمو، قال تعالى ، يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ
رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا
وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا،
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan takwa kita kepada
Allah swt, karena manusia terbaik di sisi Allah adalah yang paling bertakwa
kepada-Nya. Dan marilah kita wujudkan ketakwaan ini dengan senantiasa
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
al-Ghazali al-Thusi menyampaikan dalam Bidayatul Hidayah, bahwa ada empat hal
tujuan diciptakannya lisan oleh Allah
Pertama, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah . Hal ini sebagai
bentuk kita bersyukur kepada-Nya yang telah memberikan begitu banyak nikmat.
Banyaknya menyebut asma Allah dan mengingat-Nya dengan berdzikir, juga
merupakan wujud cinta kita kepada-Nya. Sebab, pepatah mengatakan bahwa semakin
kita cinta, semakin kita akan sering menyebut-nyebut namanya. Bahkan dalam
sebuah hadits, Rasulullah saw. mengingatkan bahwa hamba yang paling utama
derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat nanti adalah mereka yang banyak
berdzikir kepada Allah
Imam Abul Hasan al-Wahidi mengutip pernyataan
Ibnu Abbas, mengatakan bahwa maksud dari hadits tersebut adalah berdzikir
kepada Allah di berbagai kesempatan seperti usai shalat, tidur, bangun dari
tidur, setiap makan dan juga saat istirahat.
Kedua, membaca Al-Qur’an. Hal ini penting untuk dapat menuntun kita ke
jalan agama Allah yakni agama Islam. Membaca Al-Qur’an juga memberikan kita
begitu banyak pahala, meskipun kita tidak memahami kandungan dari ayat-ayat
yang kita baca. Memperbanyak membaca Al-Qur’an juga akan memberikan kita
syafaat kelak di hari kiamat. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw
bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baiknya orang di antara kalian
adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya".
Ketiga, memberikan petunjuk bagi makhluk Allah mengenai agamanya
yang benar, yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, yakni agama
Islam.
Keempat, menyampaikan kebutuhan agama dan dunia kita. Dalam arti
belajar dan melakukan sesuatu keduniaan untuk memenuhi persyaratan peribadatan
kita kepada Allah swt. Termasuk soal keduniaan, kita bekerja untuk memperoleh
bekal makan sebagai sarana agar kuat dalam beribadah kepada Allah swt.
Sebagaimana dalam sebuah sya’ir disebutkan
اعمل لدنياك كانك تعيش ابدا وعمل
لاخرتك كانك تموت غدا
“Kerjakanlah amal duniamu seolah-olah kamu
hidup selamanya, dan kerjakanlah amal akhitarmu seolah-olah kamu mati besok
pagi”
Jika lisan tidak digunakan untuk selain empat
hal tersebut, maka tidak ada pilihan lain kecuali diam. Sebab, jika lisan tidak
digunakan sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka hal tersebut merupakan
bentuk kufur nikmat. Oleh karena itu, marilah kita gunakan lisan sesuai dengan
tujuannya atau lebih baik diam saja. Allah pun berfirman dalam Al-Qur’an. (QS
Al-Ahzab: 70)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kalian dan berkatalah (dengan) hal-hal baik.”
Dalam
ayat lain, Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
“Tidak sekali-kali seorang manusia berbicara
sepatah kata pun kecuali di sampingnya terdapat Raqib dan Atid” (QS Qaf: 18).
Artinya, jika bukan hal baik yang disampaikan,
lebih baik diam, tidak malah mengatakan hal-hal yang buruk. Sebab, ada dua
malaikat yang selalu siap sedia mencatat segala perkataan kita.
Jamaah Jumat sekalian yang dimuliakan Allah
Rasulullah Saw bersabda sebagaimana dikutip
dalam Lubabul Hadits:
مَنْ صَمَتَ نَجَا
“Siapa yang diam, maka dia selamat.”
Bahwa diam dari bicara, tidak ngomong memang
tidak memberikan pahala terhadap orang tersebut. Akan tetapi, dia dapat selamat
dari siksa Allah. Sebab, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani
dari Ibn Umar radliyallahu ‘anhuma, disabdakan:
من كثر كلامه كثر حطئه ومن كثر حطئه
كثر ذنوبه ومن كثر ذنوبه فاالنار اولى به
“Barang Siapa yang banyak bicaranya, maka dia
banyak salahnya. Siapa banyak salahnya, maka banyak dosanya. Dan Siapa yang
banyak dosanya, tentu neraka lebih utama baginya.”
Oleh karena itu, Mari kita upayakan untuk
tidak perlu banyak bicara. Sebab, Luqman pernah berkata kepada anaknya, bahwa
jika bicara merupakan bagian dari perak, maka diam adalah emas. Artinya,
sebagaimana disebutkan Ibnul Mubarak, jika berbicara dalam ketaatan kepada
Allah adalah perak, maka diam dari maksiat kepada Allah adalah bagian dari
emas.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dalam kitab lain, Syarh Muraqil Ubudiyah
Syekh Nawawi menjelaskan bahwa diam mengandung 7.000 kebaikan yang terangkum
dalam tujuh kalimat berikut.
1. Diam adalah ibadah tanpa
usaha
2. Perhiasan tanpa permata
3. Kemuliaan tanpa raja
4. Benteng tanpa penjaga
5. Tidak butuh alasan
manusia
6. Memperoleh kemuliaan
malaikat Katibin
7. Tirai aib-aibnya
Oleh karena itu, mari kita jaga lisan kita,
jaga jari-jemari dan lisan kita untuk menjalankan empat hal yang telah
dijabarkan diatas. Jika tidak, maka tahan lisan kita untuk berbicara dan jemari
kita dari mengunggah hal-hal buruk di media sosial dengan diam.
Demikian khutbah ini yang saya sampaikan,
mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Semoga kita bisa menjaga lisan kita
dan jari-jemari kita dari perbuatan dosa, aminn